Kitab : Tanbighul Ghofilin

Bab    : Hikayah (Beberapa Cerita)

Hal     : 227 bag.2

Pembahasan :

Harun Ar-r.asyid berkata, “Dia (buruh) adalah anak pertamaku. Suatu hari ayahku mengajakku untuk melihat seorang wanita bernama Zubaedah, aku pun menyukai Zubaedah. Kemudian aku menikahinya tanpa sepengetahuan ayahku. Dengan Zubaedah aku memiliki anak ini, kemudian aku membawa anak dan istriku ke Kota Basyrah. Aku memberi mereka cincin ini, dan juga barang-barang lain. Aku berpesan pada istriku, “Simpanlah cincin ini, seandainya aku sudah menjadi presiden maka datanglah kepadaku. Sekarang aku diberi kabar bahwa anak dan istriku sudah meninggal, di manakah makam anakku?”.  Abdullah menjawab,”Makamnya ada di dekat rumahku”. Harun berkata, “Nanti setelah maghrib, tunggulah aku dan kita bersama pergi ke makam anakku”. Setelah maghrib Harun keluar bersama pengawalnya. Semalaman Harun menangis di samping makam anaknya. “Kamu anakku, memberi nasihat padaku baik masih hidup maupun sudah mati”. Abdullah pun ikut menangis karena merasa kasihan pada Harun.

Harun kembali ke rumahnya, kemudian di ambang pintu Harun berkata kepada Abdullah, “Tolong bawa 10 ribu dirham ini, jika aku mati maka berikanlah uang tersebut ke keturunanku, dan aku juga akan memberimu upah karena telah merawat anakku. Ingatlah wasiyatku ini”. Abdullah pun menjawab, “Insyaallah”. Kemudian Abdullah pulang dan tidak pernah bertemu Harun Ar-rasyid lagi.