Makanan adalah kebutuhan bagi setiap orang yang bertujuan untuk memberi pasokan energi kehidupan. Namun, dalam perolehannya hendaknya diperhatikan bagaimana kehalalannya. Entah secara wujud fisiknya atau proses-proses yang melatarbelakangi didapatkannya makanan. Hal tersebut karena berhubungan dengan jasad atau tubuh yang menjalankan aktivitas kehidupan. Nabi Saw. bersabda :
عَنْ أَبِي عَبْدِ اللهِ النُّعْمَان بْنِ بَشِيْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : إِنَّ الحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الَحرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ فَقَدِ اسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الحَرَامِ كَالرَّاعِي يَرْعَى حَوْلَ الحِمَى يُوْشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيْهِ أَلاَّ وِإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلاَ وَإِنَّ حِمَى اللهِ مَحَارِمُهُ أَلَا وَإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلُحَتْ صَلُحَ الجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ القَلْبُ – رَوَاهُ البُخَارِي وَمُسْلِمٌ
Dari Abu ‘Abdillah An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya yang halal itu jelas, sebagaimana yang haram pun jelas. Di antara keduanya terdapat perkara syubhat–yang masih samar–yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Barangsiapa yang menghindarkan diri dari perkara syubhat, maka ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Barangsiapa yang terjerumus ke dalam perkara syubhat, maka ia bisa terjatuh pada perkara haram. Sebagaimana ada penggembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar tanah larangan yang hampir menjerumuskannya. Ketahuilah, setiap raja memiliki tanah larangan dan tanah larangan Allah di bumi ini adalah perkara-perkara yang diharamkan-Nya. Ingatlah di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka seluruh jasad akan ikut baik. Jika ia rusak, maka seluruh jasad akan ikut rusak. Ingatlah segumpal daging itu adalah hati (jantung).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Manusia dalam struktur tubuhnya tersusun dari molekul-molekul yang saling berhubungan lalu terbentuk sel-sel tubuh lalu jaringan, organ, sistem organ, hingga organisme. Dari hal yang paling kecil saling berkaitan menyusun satu fungsi dan fungsi lainnya hingga hierarki puncaknya menuju tercapainya tujuan diciptakannya manusia.
Runtutan struktur tersebut seperti contoh, dari gabungan molekul-molekul terbentuk sel darah merah, sel darah putih, plasma darah lalu terbentuk jaringan ikat darah, lalu terbentuk organ jantung, lalu sistem peredaran darah. Sistem peredaran darah ini akan bekerja sama dengan sistem lainnya seperti sistem pencernaan yang menjadi supplier sari-sari makanan.
Sistem pencernaan membutuhkan plasma darah untuk mengedarkan sari-sari makanan ke seluruh tubuh, lalu sari-sari makanan dibakar di sel-sel otak diperuntukkan untuk belajar, menulis, beribadah, dan mengatur seluruh tubuh. Bisa dikatakan bahwa energi pembakaran makanan di otak akan berpengaruh terhadap semua aktivitas tubuh. Energi positif dari makanan akan mengajak pada kebaikan sebaliknya energi negatif akan mengajak pada keburukan.
Energi yang tersimpan dalam molekul-molekul organik dari makanan pada dasarnya berasal dari energi matahari yang mengalir melalui aliran ekosistem. Pemecahan sari-sari makanan dalam tubuh akan melalui berbagai jalur katabolik hingga diproduksi ATP (Adenosin Triphosphate) yaitu energi kehidupan. Proses yang disebut dengan respirasi tersebut memiliki dua jalur yaitu jalur fermentasi (anaerobik) dan respirasi aerobik (membutuhkan oksigen). Proses yang paling efisien dalam menghasilkan energi adalah respirasi aerobik karena menghasilkan energi yang berkali-kali lipat dibandingkan metode fermentasi. Secara umum, proses respirasi memiliki tahapan sebagai berikut.
Senyawa organik mis Glukosa (C6H12O6) | + | Oksigen (6O2) | à | Karbon Dioksida (6CO2) | + | Air (6H2O) | + | Energi (ATP + panas) |
Berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Abi Abdillah bin Nu’man bin Basyir Ra. di atas, menunjukkan bahwa perkara halal dan haram itu jelas, terutama perihal makanan baik yang jelas secara zatnya maupun perolehannya. Makanan yang secara zahir halal, tapi jika didapatkan dengan cara mencuri maka menjadi haram. Di antara perkara halal dan haram terdapat perkara syubhat yang belum jelas halal atau haramnya. Jika kita ibaratkan seperti garis bilangan, haram diwakili oleh bilangan bulat negatif, syubhat nol, dan halal sebagai bilangan bulat positif.
Perkara syubhat, ketika dilakukan maka seakan-akan sampai pada perkara haram. Umpama rating sebuah produk, saat rating misalnya hanya bernilai satu (lebih dekat ke nol), maka tentu kurang meyakinkan sehingga semakin tinggi ratingnya (jauh dari nol) maka semakin kredibel untuk dipilih. Walaupun secara tampilan sama dengan produk lain yang serupa, saat ratingnya tinggi (dengan kata lain, status halal jelas) tentu akan lebih yakin untuk dibeli. Maka, bukan sekadar label halal dari MUI, tetapi juga kredibilitas status itu juga harus diperhatikan.
Hadis tersebut, masih melanjutkan hingga membahas bahwa jasad disusun oleh segumpal daging. Jika daging itu baik, maka seluruh tubuh akan baik, sebaliknya jika buruk maka seluruh tubuh juga ikut buruk. Inilah yang disebut dengan hati. Hati tentunya berhubungan dengan pikiran atau otak yang mengomando seluruh aktivitas jasad.
Lalu, bagaimana logikanya, ketika jasad tersusun dari perkara haram bisa mempengaruhi tubuh secara keseluruhan?
Secara biologis, struktur tubuh manusia sebagaimana penjelasan di atas dari sel hingga organisme. Membicarakan makanan, sari-sari makanan yang telah dicerna sistem pencernaan akan diserap tubuh melalui peredaran darah dalam bentuk molekul seperti glukosa, vitamin, mineral, asam amino, dan lain-lain dan pembuluh getah bening atau limfa (khusus lemak).
Peredaran darah ke seluruh tubuh sifatnya acak, kita tidak bisa menentukan sari makanan ini akan dikirim ke organ mana. Tidak semua sari makanan akan dibakar oleh tubuh secara langsung, tapi ada kalanya akan disimpan sebagai cadangan makanan. Misalnya cadangan karbohidrat, lemak dan lain-lain yang disimpan di bawah kulit. Tentunya kita semua sudah paham, jika timbunan cadangan makanan akan membentuk daging di bawah kulit. Bahwa jalur anabolik yang menggunakan molekul kecil dari sari-sari makanan untuk membangun zat lain sebagai penyusun tubuh. Sementara sari makanan lainnya saat tubuh membutuhkan akan langsung dibakar menjadi energi.
Makanan, baik ditimbun atau langsung dibakar akan berpengaruh terhadap tubuh. Pergerakan tubuh seperti langkah kaki, berbicara, tangan menggenggam semuanya dikendalikan oleh otak. Belum lagi bahan bakar yang menggerakkan sel-sel otot penggerak organ juga berasal dari energi yang sama. Padahal otak merupakan organ yang paling banyak membutuhkan energi untuk berpikir. Jika bahan bakar otak ini terbuat atau berasal dari perkara yang haram, tentunya energi yang diperoleh cenderung mengarah kepada kenegatifan. Secara molekuler memanglah energi yg diperoleh dari makanan halal dan haram sama, tetapi secara spiritual tentunya berbeda yang satu energi negatif, yang satu positif.
Jika dirunut lebih dalam, misalnya asam amino esensial yaitu sejenis asam amino yang tidak bisa diproduksi tubuh sehingga harus diperoleh dari makanan misalnya triptofan dan fenilalanin. Triptofan dibutuhkan untuk membentuk hormon serotonin yakni hormon yang mengelola rasa nyeri, suasana hati, tidur dan makan. Saat di usut kok ternyata diperoleh dari makanan haram misalnya ikan hasil curian. Secara spiritual saat hormon tersebut mengatur suasana hati, misalnya bisa menyebabkan hati ingin berbuat maksiat, hati tidak tenang, kurang syukur dan lain sebagainya. Na’udzubillah.
Lalu, bagaimana hubungan dengan keturunan?
Nah, saat membahas energi dari makanan, yang namanya sari-sari makanan tentunya tidak hanya menyusun tubuh, tapi ada kalanya akan dibutuhkan dalam proses yang melibatkan DNA hingga siklus hidup. Meski ibaratnya hanya saripatinya, zat-zat dari perkara haram bisa berpengaruh terhadap janin, misalnya. Apalagi DNA menjadi faktor penting yang mengendalikan tubuh karena apapun yang akan dibentuk dalam tubuh seperti hormon, enzim dan lainnya diatur oleh DNA.
Dalam hal makanan, Abah K.H. Nasrul Hadi sering kali mengingatkan dalam pengajian bandongan mengenai pentingnya memperhatikan urusan makanan. Jangan hanya sekadar enak di lidah, tapi dilihat dulu bagaimana kehalalannya baik itu dari segi penyembelihan, kesucian, dan perkara yang masih syubhat. Sebagai santri yang masih belajar hendaknya diperhatikan karena ilmu yang sifatnya bersih tentu hanya akan masuk ke dalam jiwa yang bersih. Sebagaimana hadis Arbain nomor 6 di atas, bahwa banyak orang-orang yang tidak mengetahui perkara syubhat. Ibaratnya seperti penggembala yang menggembalakan kambing di dekat hutan larangan yang dibatasi pagar. Hal semacam itu tentunya akan membuat semakin penasaran bukan? Jika tidak dikendalikan dengan hati dan akal maka bisa saja melebihi batas yang sudah sangat dekat itu.
Penulis : Arina Zulfa
Referensi :
Matan Al-Arba’in An-Nawawiyah fi Al-Hadits As-Shahih An-Nabawiyah. Semarang : Pustaka Al Barokah
Campbell, Neil A. et al. 2008 Biologi Jilid I. Jakarta : Erlangga.