
Hai muhsiners muda, bagaimana kabarnya? Sudah cukup lama ya penulis tidak menyapa kalian lewat website kita tercinta. Semoga tetap dalam keadaan sehat wal ‘afiat. Aamiin. Apalagi di masa pandemi covid-19 yang membuat kita rentan tertular penyakit sehingga berjarak dan jarang menyapa satu sama lain. Hingga sederet impian dan rencana indah yang akhirnya tertunda. Sedih ga tuh?
Buat kalian juga nih santri-santri yang masih di rumah. Rindu ga sih sama sederet kegiatan yang ada di pondok? Kangen saat ngaji bareng, sholawatan bareng, makan bareng, tidur pun bareng. Hingga sowan dengan guru kita tercinta dan meminta doa restu dari beliau-beliau. Hehehe. InsyaAllah jika pandemi ini sudah berakhir kita akan kembali lagi bersama dalam satu atap, merajut kembali kisah kasih dengan kawan-kawan seperjuangan yang sudah kita anggap seperti keluarga sendiri.
Ngomong-ngomong soal sowan. Kalian tau ga seberapa pentingnya sowan ke guru kita atau ke abah dan ibu nyai? Lalu bagaimana adab yang baik saat sowan kepada beliau-beliau? Andai kalian tau betapa besar manfaatnya mungkin kalian tak akan pernah melewatkan sekalipun untuk sowan ke beliau-beliau.
Kata-kata sowan mungkin sudah tak asing lagi didengar oleh para santri di seluruh penjuru. Bahkan sudah menjadi tradisi turun temurun semenjak zaman simbah-simbah kyai kita terdahulu. Sowan adalah bahasa jawa halus atau krama inggil dari kata bertamu tapi dengan kesan yang lebih sopan. Kata sowan ini adalah kata lain dari bertamu kepada orang yang lebih tua atau dihormati seperti guru. Tentunya jika dengan orang yang dihormati atau lebih tua kita harus tau bagaimana adab yang baik saat sowan tersebut. Lalu bagaimana adab sowan yang baik itu?
Salah satu dari adab sowan yang baik adalah dengan adab membawakan sesuatu untuk beliau saat sowan. Memang bagi guru kita atau mungkin dari abah dan ibu nyai pernah ngendiko kalau tidak usah repot-repot membawakan buah tangan. Tapi apakah kita sebagai santri mau dicap sebagai santri yang tak tau balas budi ? Enggak kan…Padahal beliau lah yang memberikan kita banyak hal. Mulai dari ilmu, pengalaman hidup, doa yang selalu mereka panjatkan untuk kita setiap hari, hingga banyak sekali hal yang mungkin tidak bisa kita sebutkan satu per satu.
Buah tangan dari kita pun sebenarnya tidak hanya menjadi konsumsi keluarga ndalem saja. Karena menurut ngendikan abah saat ngaji Tanbihul Ghofilin beberapa minggu lalu, buah tangan dari santri sebenarnya malah dialokasikan untuk guru-guru abah dan para kyai saat beliau juga sowan. Tidak hanya ke para kyai, buah tangan dari santri itu biasanya juga akan dibagikan kembali oleh abah ibu untuk kepentingan santri dan masyarakat. Bisa kebayang ga sih berapa besar barokahnya buah tangan kita jika bisa dinikmati oleh banyak orang dan berbagai kalangan.
Tapi tak bisa dipungkiri juga. Mungkin dari beberapa santri ada yang minder dengan buah tangan yang akan ia bawa, atau istilah gaulnya insecure, ehehe. Merasa ga punya banyak uang, merasa buah tangannya sangat sederhana bahkan merasa sedikit. Tenang guys..abah sama ibu nyai tidak akan pernah memandang buah tangan kita kok. Yang beliau nilai adalah keikhlasan kita. Sekalipun hanya hasil bumi seperti sayur, ketela pohon, bahkan bumbu dapur pun abah dan ibu pasti akan menerimanya dengan senang hati.
Tak lupa saat membawa buah tangan untuk guru kita niatakan sebagai shodaqoh, yang diantara manfa’at dari shodaqoh adalah sebagai penolak bala’ bahkan dapat melipatgandakan harta yang kita punya. Yang mungkin jika dipikir secara logika shodaqoh dapat mengurangi harta yang kita punya , padahal sebenarnya tidak.
Selain karena insecure biasanya santri yang tidak membawa buah tangan untuk kyainya dikarenakan tidak mau kerepotan saat membawa barang bawaan dari rumah. Karena mungkin merasa sudah banyak barang yang akan dibawa ke pondok.
Tak hanya budaya sowan dengan tangan hampa. Dari beberapa santri terlebih santri baru mungkin belum terlalu paham bagaimana adab sowan yang baik saat di depan guru. Salah satunya adalah dengan mengucapkan salam di depan pintu ndalem saat hendak sowan, bukan malah mengetuk pintu ndalem guru. Jika kita sudah mengucapkan salam dan menunggu cukup lama tapi guru tidak kunjung datang bisa jadi guru sedang isitirahat. Maka kita dianjurkan untuk sowan di lain waktu dan menyesuaikan waktu sowan yang tidak mengganggu istirahat guru. Jika dari pihak ndalem sudah mempersilahkan masuk, lalu berjalanlah dengan agak sedikit timpuh (posisi berjalan dengan lutut) dan menunduk dengan penuh rasa hormat. Bukan berjalan dengan berdiri di hadapan guru.
Jika jarak kita dengan guru sudah dekat cucuplah tangan beliau, hirup keberkahannya melalui hidungmu, bukan hanya salim dengan sekedar menempelkan pipi apalagi dahi. Perlu diingat juga karena dalam islam bersentuhan kulit dengan yang bukan mahram hukumnya haram, dianjurkan untuk santri putri hanya boleh mencium tangan ibu nyai dan dzuriyah ndalem putri, begitu sebaliknya santri putra hanya boleh mencium tangan abah yai dan dzuriyah ndalem yang laki-laki.
Saat guru sedang mengajak bicara jangan bicara terlebih sebelum guru bertanya dan jawab pertanyaan guru dengan jawaban yang sesingkat mungkin dan tidak bertele-tele. Jangan lupa juga sampaikan salam ta’dlim orang tua kita kepada guru sekalipun orang tua tidak menitipkan salam apapun kepada kita untuk guru.
Selain itu manfaat sowan adalah memanjangkan umur dan memudahkan rezeki. Karena Nabi Muhammad SAW pernah bersabda “ Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah ia menghubungkan tali silaturrahim” (HR. Bukhari dan Muslim). Maksud dipanjangkan umurnya yaitu senantiasa mendapatkan bimbingan, taufik dan berkah Allah SWT selama umurnya itu, bukan berarti tambahan umur yang telah ditetapkan. (Amiruddin Thamrin, 2010, https://www.nu.or.id/post/read/24690/dahsyatnya-silaturahim ,14 September 2010)
Satu lagi nih manfaat dari sowan. Yakni kita bisa lebih dekat dengan guru. Kalau sudah dekat pasti guru akan hafal dengan nama dan wajah kita. Sehingga guru pun akan dengan mudah untuk menyebut nama kita atau mengingat wajah kita dalam salah satu diantara berjuta do’a yang beliau panjatakan.
Jadi, Masihkan merasa kerepotan saat membawa buah tangan untuk guru setelah tau manfa’atnya? Karena selain banyak manfa’at yang dapat kita peroleh, kerepotan kita sejatinya sama sekali tidak sepadan dengan apa-apa yang sudah diberikan guru untuk kita. Mulai dari kasih sayang, do’a, hingga waktu dengan keluarga yang kadang beliau korbankan demi santrinya. Tak hanya itu, dalam hal kesehatan beliau juga sering mengabaikannya. Seperti tetap mengajar walau dalam keadaan sakit dan badan yang begitu lelah.
Lalu dari beberapa penjabaran di atas sudah tau kan bagaimana cara sowan yang baik? Jika dari santri pun sudah cukup paham, kita juga perlu memahamkan kepada orang tua bagaimana adab yang baik saat sowan ke guru, salah satunya adalah dengan membawa buah tangan. Karena dengan kita memberikan sesuatu untuk guru tentu kita akan mendapatkan sejuta manfa’at yang tak ternilai harganya.
(Oleh : Khoirotun Nisa dengan tambahan Ustadz Syukron Ro’al Fadli)