Hai muhsiners, bagaimana kabarnya? Sudah cukup lama ya penulis tidak menyapa kalian lewat website al muhsin tercinta. Semoga tetap dalam keadaan sehat wal ‘afiat. Aamiin. Belum lama ini kita telah memperingatu hari guru sebagai bentuk penghormatan pemerintah kepada seluruh guru di Indonesia. Nah, bagaimana bentuk penghormatan (ta’dzim) kita terhadap guru kita sendiri?
Kata “ta’dzim” sudah tidak asing lagi ditelinga kita para santri sekaligus menjadi hal yang sangat dianjurkan dipraktikkan oleh santri sebagai perilaku akhlak yang mencerminkan dirinya.
Arti ta’dzim di KBBI adalah: amat hormat dan sopan. Sedangakan secara istilah ta’dzim adalah menghormati dan mengagungkan seseorang yang lebih tua atau guru kita. Ta’dzim pada guru dapat diartikan sebagai ikut terhadap perintah guru dan menjalani perintah tersebut dengan baik.
Akhlak seseorang juga dapat ditentukan dengan tingkat ke ta’dziman seorang murid kepada guru. Seorang guru pasti sudah memikirkan secara matang dengan apa yang dijadikan perintahnya. Maka seharusnya, tidak ada seorang guru yang memerintahkan kepada kejelekan
Apa Itu Guru
Ketika mendengar kata guru. Spontan dalam pandangan kita adalah guru di sekolah. Guru yang mengajarkan segudang materi pelajaran di dalam kelas. Sebetulnya definisi guru tidak hanya itu.
Guru adalah seseorang baik tua maupun muda yang sudah pernah mengajari kita apapun walau cuma satu huruf.
Bentuk Ta’dzim kepada guru
Setelah mengetahui definisi guru. Selanjutnya yang perlu dipahami adalah keta’dziman seorang murid terhadap gurunya.
Nah, Sering kali guru dipandang sebagai seseorang yang suka perintah A dan B. guru juga seringkali dipandang dengan seseorang yang suka marah-marah.
Jelas, persepsi ini salah kaprah. Justru ini adalah pengalaman yang luar biasa yang tidak bisa digantikan. Menurut saya, dibalik perintah guru banyak sekali hikmah dan makna tersirat di dalamnya yang seringkali itu merupakan bentuk rasa sayang seorang guru kepada kita.
kita tidak tau manfaat mana yang akan terealisasi dalam kehidupan kita. Mau tidak mau, suatu saat kalian pasti akan menjadi guru. Sekalipun hanya menjadi guru terhadap anaknya.
Tidak ada tokoh-tokoh besar muslim yang tidak mempunyai guru. Mereka semua memiliki segudang karya karena dari hasil belajarnya dan ta’dzim kepada guru. Dan oleh karena itu mereka mampu mengembangkan keilmuan dan pengalaman-pengalaman spiritual yang diberikan sejak ia belajar.
Untuk itu sebagai seorang santri kita tidak hanya belajar ilmu dari seorang guru tetapi kita juga harus ta’dzim kepada mereka agar mendapatkan ilmu yang manfaat dan barokah
Wallahu a’lam…
Semoga bermanfaat