Assalamu’alaikum saudara sebangsa dan setanah air, pernah enggak sih teman-teman yang pernah mengaji atau tahu tentang pelajaran agama melihat teman, saudara bahkan orang tua kita melakukan kesalahan dalam beribadah? Atau mereka punya keyakinan kebenaran soal ibadah yang mereka jalankan? Dan kalian bingung cara memberi tahu kebenaran berdasarkan ilmu yang pernah kalian pelajari, soo… Mari belajar menyampikan sesuatu yang pernah kita pelajari

Mendengarkan
Lho? Kita kan mau menyampaikan nasehat, kenapa kita yang mendengarkan?. Ada pepatah jawa “nek ora gelem di jiwit ojo njiwit” kalau mau didengarkan kita juga harus mau mendengarkan, dengan begitu mereka merasa dihargai saat kita menyampaikan nasehat yang kita berikan, memang benar kalau ilmu mendengarkan lebih sulit daripada ilmu berbicara, tapi berusahalah

Melucu
Dengan melucu, mereka dengan mudah dan lapang dada mendengarkan apa yang sedang kamu bicarakan, tapi jangan sampai esensial nasehat yang menjadi inti pembicaraan hilang ya
Contoh : saat temen kamu menguap tapi tidak ditutupin mulutnya bilang aja “mas, kalau lagi menguap ditutupin mulut-nya. Kasian setannya bisa masuk tapi enggak bisa keluar”.

Mudah dipahami
Jika kita mengutip hadits dan qur’an pastinya terlihat keren dong, itu sah-sah saja kok, asal si pendengar paham betul apa yang kita sampaikan, baiknya sih kalau udah paham dasar-nya (hadits dan qur’an) langsung keintinya malah lebih efisien, kalau orang-orang sholeh biasanya mereka memberi contoh, bukan lagi menasehati (saja)
Cerita : mbah Khalil mbangkalan pernah memberi nasehat anak kecil untuk berhenti makan gula setelah beliau tirakat tidak makan dan minum yang mengandung gula selama beberapa hari
Cerita full : http://www.nu.or.id/post/read/70681/kisah-mbah-kholil-bangkalan-mengobati-anak-pecandu-gula

Menasehati saat sepi
Artinya jangan memberi nasehat saat berada ditempat ramai atau tempat umum, karena itu membuat-nya malu dan dia merasa yang kamu lakukan adalah mengejeknya, bukan menasehatinya.
Kejadian : saya pernah melakukan kesalahan ini, yaitu memarahi sebuah kelompok karena menurut saya salah dan saya tidak tahu apakah mereka tahu yang mereka lakukan salah atau tidak, dan karena kejadian itu saya harus minta maaf
*Walau kejadian tersebut adalah tahapan lanjutan setelah saya menasehati penanggung jawab kelompok secara privat dan beliau tidak sanggup

Mengasihani
Kita menasehati juga kita harus melihat siapa yang kita nasehati, jangan karena kita merasa lebih dari mereka kita semena-mena memberi nasehat. Saat belajar menasehati belajar juga berempati, yaitu memposisikan diri kita saat kita diposisi mereka. Mereka melakukan kesalahan belum tentu karena kesengajaan, biasanya karena ketidaktahuan, tahukan cerita nabi Muhammad SAW dan orang yahudi buta? Apakah nabi Muhammad SAW berfikir beliau adalah seorang raja?, seorang utusan yang mulia? bahkan beliau tidak memberi nasehat sedikitpun kepada orang yahudi buta tersebut yang dulu selalu mencaci maki beliau

Ya ya ya, saya belum bisa memberi nasehat yang baik, saya hanya bisa memberikan informasi cara memberi nasehat dan memberi contoh tentang orang-orang terdahulu, kalau mau dipraktekkan silahkan, kalau tidak mau mungkin ini karma untuk saya karena belum bisa menjadi contoh, kesemogaan saya hanya semoga Allah SWT memberi kemudahan dalam anda berbuat baik. sekian dari saya, jika ada kesalahan pada artikel itu datangnya dari saya dan kebenaran hanya dari Allah ta’ala, wassalamu’alaikum wr.wb

A6