(Juweiriah)

Banyak amal rusak, pahala hilang dan harga diri jatuh karena kata. Inilah akibat dari tidak mengelola kata (lisan dan tulisan) dengan baik dan bijak yang berhujung pada penyesalan yang berkepanjangan .

Sahabat fillah, diera dengan kemajuan teknologi yang tak hentinya mengalami kemajuan ini, setiap orang dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan siapaun, dimanapun dan kapanpun. Kata yang kita tulispun mewakili apa yang kita ucapkan yang bersumber dari hati. Sehingga kita harus lebih berhati-hati dalam memilih dan menggunakan kata dalam bentuk lisan mupun tulisan. Sebagaimana konsep islam yang selalu mengajarkan kita akan kedamaian hidup, hendaklah kita mengelola kata sebelum berbicara dan menulis. Karena tidak sedikit masalah besar yang diakibatkan oleh sebuah kata. Seperti yang tertulis dalam surat Al-Isra :

وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوًّا مُبِينًا

“Dan katakan kepada hamba-hamba-Ku. ‘Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar) sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.’ ”

(QS. Al-Isra’: 53)

Dalam kitab Shahih (no. 6474) dari Sahl bin Sa’id diriwayatkan oleh Al-Bukhari bahwa Rasulullah bersabda. “Barang siapa bisa memberikan jaminan kepadaku (untuk menjaga) apa yang ada di antara dua janggutnya dan dua kakinya, maka kuberikan kepadanya jaminan masuk surga”. Pada hadist tersebut, yang dimaksud apa yang ada di antara dua janggutnya adalah mulut. Dari hadist tersebut dapat kita pahami betapa besar pahala bagi kaum muslim yang dapat menjaga kata dengan baik, yaitu surga yang dijanjikan kepadanya.

وعن ابي هريرة رضي الله عنه – عن النّبيّ صلّى الّله عليه وسلّم-قال : مَن كان يؤمن بالله واليوم الاخرفليقل خيرا او ليصمت      (متّفق عليه)

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda. “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam”

Dari hadist diatas menjelaskan ketika kita belum mampu berkata baik, hendaklah kita diam. Diam disini menunjukkan sebuah husnul adab (adab yang baik) untuk menjauhi perkataan buruk yang merupakan sebuah suul adab (adab yang buruk). Dan dari dalil yang telah disebutkan diatas, menunjukkan betapa islam sangat menganjurkan umatnya untuk menjaga lisannya dari tutur kata yang buruk.

Bahaya Lisan

            Lisan merupakan salah satu nikmat yang diberikan Allah kepada manusia yang dapat mengantarkan pada kebaikan dan kebahagiaan, jika digunakan dengan bijak dan baik. Namun sebaliknya, lisan juga dapat menghantarkan pada perkara buruk dan masalah yang besar, jika tidak dikelola dengan baik dan benar. Adapun bahaya yang disebabkan lisan yang tidak dikelola dengan baik adalah sebagai berikut :

  1. Dusta

Berdusta merupakan suatu perbuatan dosa besar yang akan membawa kita ke neraka, karena dapat merusak pribadi diri sendiri dan orang lain. Berdustapun tidak hanya membawa kita pada sisksa akhirat saja, melainkan siksa dunia. Karena berdusta, kita akan kehilangan kepercayaan orang lain. Sehingga kita dapat kehilangan teman, keluarga, pekerjaan dan jabatan. Seperti yang dijelaskan dalam hadist berikut ini

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta (pembohong).

Begitu pula dalam hadits dari Al Hasan bin ‘Ali, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ

Tinggalkanlah yang meragukanmu pada apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta (menipu) akan menggelisahkan jiwa.

  1. Gibah (menggunjing orang lain)

Islam melarang umatnya untuk menngunjing, karena dapat menimbulkan fitnah dan hal buruk terhadap orang yang digunjing. Seperti yang tertulis dalam Al-Quran surat Al- Hujurat :

وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

“Janganlah kalian menggunjingkan satu sama lain. Apakah salah seorang dari kalian suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya. Bertaqwalah kalian kepada Allah. Sesungguhnya Allah itu Tawwab (Maha Penerima taubat) lagi Rahim (Maha Menyampaikan rahmat).”

[QS Al Hujurat: 12]

  1. Pembicaraan yang tidak berguna

Islam melarang umatnya berbicara banyak tanpa mengingat Allah yang akan membawa pada pembicaraan yang tidak bermanfaat, karena dapat menimbulkan hati yang mati/keras dan lupa kepada Allah Subhanallahu Wa Taala.

عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُكْثِرُوا الْكَلَامَ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ فَإِنَّ كَثْرَةَ الْكَلَامِ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ قَسْوَةٌ لِلْقَلْبِ وَإِنَّ أَبْعَدَ النَّاسِ مِنْ اللَّهِ الْقَلْبُ الْقَاسِي

Dari Ibnu Umar berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda:“Janganlah kalian banyak bicara tanpa berdzikir kepada Allah, karena banyak bicara tanpa berdzikir kepada Allah membuat hati menjadi keras, dan orang yang paling jauh dari Allah adalah orang yang berhati keras.” HR Tirmidzi

  1. Berkata keji, kotor dan cacian

Allah sangatlah membenci umatnya yang berkata keji, kotor dan memcaci saudaranya. Seperti yang yang tertera dihadist dibawah ini :

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِطَعَّانٍ وَلَا بِلَعَّانٍ وَلَا الْفَاحِشِ الْبَذِيءِ

Dari Abdullah bin Mas’ud ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bukanlah seorang mukmin yang suka mencela, melaknat, berbuat dan berkata keji dan kotor.”

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَن يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَ لَا نِسَآءٌ مِّن نِّسَآءٍ عَسَى أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ وَ لَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَ لَا تَنَابَزُوا بِاْلأَلْقَابِ بِئْسَ اْلاِسْمُ اْلفُسُوقُ بَعْدَ اْلإِيمَانِ وَ مَن لَّمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain karena boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Dan jangan pula para perempuan mengolok-olok perempuan lain karena boleh jadi mereka (perempuan yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (perempuan yang mengolok-olok). Janganlah kalian saling mencela dan jangan pula saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah panggilan fasik setelah beriman. Dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itu adalah orang-orang yang zhalim. [QS al-Hujurat/ 49: 11].

  1. Menyebarkan Rahasia / Membuka Orang Lain

Jika kita kembali kepada konsep islam yang penuh dengan kasihsayang, tentulah membuka aib orang lain merupakan salah satu hal yang tidak disukai. Karena, dapat menimbulkan kedzaliman, kesusahan dan dapat membawa kepada fitnah terhadap orang tersebut. Maka sangat berlawanan perlakuan buruk ini dengan konsep islam yang menganjurkan umatnya untuk saling membantu dan meringankan kesusahan satu sama lain. Ganjaran dari perilaku inipun sangatlah besar, Allah akan membuka aibnya sebagai mana ia membuka aib orang lain. Seperti yang dijelaskan dalam hadist dibawah ini :

وَمَنْ سَتَرَ عَلَى مُسْلِمٍ فِي الدُّنْيَا سَتَرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

Dan barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim sewaktu di dunia, maka Allah akan menutup (aibnya) di dunia dan akhirat” (Hadits Riwayat Imam at-Tirmidzi).

 

  1. Mengingkari Janji

Mengingkari janji merupakan salah satu bahaya dari lisan yang dapat menimbulkan kekecewan terhadap orang yang dijanjikan. Ketika seseorang terbiasa untuk tidak mengelola katanya dengan baik dan bijak, ia bisa menggunakan lisannya untuk memberikan janji kepada seseorang lalu mengingkarinya untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkannya. Sedangkan setiap janji seseorang yang ia ucapkan, pada suatu hari akan diminta pertanggung jawaban.

وَأَوْفُوا بِالْعَهْدِ إِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْئُوْلاً

Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti dimintai pertanggungjawabannya.” (Al-Isra`: 34)

Manfaat Menjaga Lisan

            Sahabat fillah, selain bahaya akan lisan yang sudah dijelaskan diatas, baiknya kita mengetahui manfaat-manfaat menjaga lisan agar kita semakin berusaha untuk mengelola kata dengan sebaik mungkin untuk menjaga keimanan dan ketakwaan kita pada Yang Maha Pengampun.

  1. Seseorang yang menjaga lisan akan mendapatkan keutamaan dalam melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya. Sesuai dengan dalil yang telah disebutkan sebelumya, menajaga lisan merupakan perintah Allah dan Rasul-Nya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa menjaga lisan dengan mengelola kata merupakan bentuk iman dan ketakwaan kepada-Nya.
  2. Seseorang yang menjaga lisan akan memiliki kedudukan tinggi dalam agama. Selain itu, orang lain juga akan terhindar dari kejahatan lisannya. Dari Abdullah bin Umar dari Rasulullah saw yang bersabda :“Seorang muslim adalah yang orang lain selamat dari kejahatan lisan dan tangannya”.(HR.Al-Bukhari)
  3. Seseorang yang menjaga lisannya akan mendapat jaminan surga. Hal ini sesuai dengan hadist yang sebagaimana telah dijelaskan diatas, yaitu “Barang siapa bisa memberikan jaminan kepadaku (untuk menjaga) apa yang ada di antara dua janggutnya dan dua kakinya, maka kuberikan kepadanya jaminan masuk surga”.
  4. Seseorang yang menajaga lisannya ia akan terhindar dari Jahanam. Karena, sesungguhnya Allah membenci perkataan buruk, dan Allah menjanjikan jahanam untuk orang yang berbicara satu kalimat yang dibencinya. Seperti yang termaktub dalam hadist berikut, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat yang dibenci oleh Allah yang dia tidak merenungi (akibatnya), maka dia terjatuh dalam neraka Jahannam.” (Shahih, HR. Al-Bukhari)

Sahabat fillah, dari seluruh tulisan diatas, kita dapat memahami betapa kata (lisan dan tulisan) memiliki pengaruh yang sangat besar dalam hidup kita di dunia dan diakhirat kelak. Maka tak heran, jika sering menemukan peribahasa yang berbunyi “Mulutmu harimaumu” dan “Lisanmu lebih tajam dari pada pedang”.  Serta permasalahan besar di dunia yang disebabkan oleh kata (lisan dan tulisan) yang tidak dikelola dengan baik.

Oleh karena itu, sebagai muslim dan muslimah yang hakiki, hendaklah kita mengintropeksi diri setiap harinya dan menjaga lisan kita dengan mengelola kata (lisan dan tulisan) dengan baik dan sangat bijak. Karena sesungguhnya setelah Nabi memerintahkan seseorang beristiqomah, Nabi kemudian mewasiatkan pula untuk menjaga lisan. Keterjagaan dan lurusnya lidah seorang mukmin sangat berkaitan dengan kelurusan hati dan keimanan seseorang. Di dalam Musnad Imam Ahmad, dari Anas bin Malik, dari Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda :

لَا يَسْتَقِيمُ إِيمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيمَ قَلْبُهُ وَلَا يَسْتَقِيمُ قَلْبُهُ حَتَّى يَسْتَقِيمَ لِسَانُهُ وَلَا يَدْخُلُ رَجُلٌ الْجَنَّةَ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ

“Iman seorang hamba tidak akan istiqomah, sehingga hatinya istiqomah. Dan hati seorang hamba tidak akan istiqomah, sehingga lisannya istiqomah. Dan orang yang tetangganya tidak aman dari kejahatan-kejahatannya, ia tidak akan masuk surga”.

Maka menjaga lisan (hifdzul lisan) merupakan hal yang harus sangat diperhatikan oleh setiap muslim. Agar kita senantiasa jauh dari murka Allah dan adzab-Nya. Karena sesungguhnya tidak ada yang lebih pedih selain siksaan-Nya pada yaumul akhir.

Wallahu A’lam Bish Shawab