Kitab : Tanbighul Ghofilin
Bab : Hikayah (Beberapa Cerita)
Hal : 228 bag.2
Pembahasan :
Setelah tidak diterima di rumah Umar, Abu Bakar, Ustman dan Ali. Tsa’labah diajak putrinya untuk pergi ke rumah Nabi Muhammad S.A.W. Setelah bertemu dengan Nabi Muhammad, beliau pun berkata, “Tsa’labah, kamu mengingatkanku pada rantai-rantai dan belenggunya neraka jahannam”. Tsa’labah berkata, ” Ya Rasulullah…demi bapakku, demi engkau dan juga demi ibuku. Saya menyentuh istri saudaraku yang sedang berperang membela agama Allah. Apakah saya masih bisa bertaubat?”. Nabi Muhammad berkata, “Keluarlah dari sisiku selamanya”. Maka keluarlah Tsa’labah dan putrinya. Karena hal tersebut, putri Tsa’labah tidak mengakui Tsa’labah sebagai ayahnya sampai Nabi Muhammad meridhoi.
Tsa’labah berlari ke gunung seraya berteriak-teriak meminta ampunan kepada Allah. Ia menceritakan kisahnya mengunjungi rumah-rumah para shohabat dan Nabi Muhammad hanya untuk diusir. Kemudian ia meminta pada Allah untuk menerima taubatnya, jika Allah tidak menerima maka ia pasti akan mengeluh, dan jika Allah menerima maka ia adalah orang yang beruntung. Setelah itu turunlah Malaikat untuk menemui Nabi Muhammad, Malaikat menyampaikan firman Allah pada Nabi Muhammad yaitu : “Wahai Muhammad, apakah kamu yang menciptakan makhluq, ataukah Aku?”. Nabi Muhammad menjawab, “Engkaulah yang menciptakan makhluq Ya Allah”. Kemudian Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk menemui Tsa’labah dan menyampaikan bahwa Allah menerima taubatnya.
Nabi Muhammad bertanya pada para Shohabat, “Siapakah yang bisa menjemput Tsa’labah?”. Maka berdirilah Umar dan Abu Bakar yang bersedia menjemput Tsa’labah. Begitupun Ali dan Salman. Kemudian Nabi Muhammad memilih Ali dan Salman untuk menjemput Tsa’labah. Di perjalanan Ali bertanya pada seorang penggembala. Penggembala tersebut menjelaskan bahwa Tsa’labah akan naik ke gunung saat malam hari. Maka Ali dan Salman menunggu di bawah pohon. Menjelang malam datanglah Tsa’labah sambil berteriak berkeluh kesah. Ia terjatuh di bawah pohon sambil menangis. Salman mendengarnya, kemudian memanggil Tsa’labah, “Berdirilah Tsa’labah, Allah sudah mengampunimu”.
Kemudian terdengar iqomah. Maka Ali dan Salman mengajak Tsa’labah pulang dan menempatkannya di shof terakhir. Saat sholat Nabi Muhammad membaca Surat At-Takatsur, Tsa’labah pun menangis dan merasa mati. Seusai sholat Nabi Muhammad menyuruh Salman untuk mengguyur Tsa’labah dengan air. Salman pun menjawab bahwa Tsa’labah sudah berpisah dengan dunia. Tiba-tiba datanglah putri Tsa’labah dan menanyakan apa yang terjadi. Nabi menyuruh gadis itu untuk masuk ke masjid, gadis itu melihat ayahnya yang sudah meninggal dan diselimuti kain. Menangislah gadis tersebut sambil berkata, “Siapakah ayahku setelah ini?”. Datanglah Nabi dan berkata, “Sekarang akulah ayahmu dan Fathimah adalah saudaramu”.
Saat Tsa’labah akan dimakamkan, Nabi Muhammad datang dan berjalan sambil berjinjit. Seusainya, Umar menanyakan alasan Nabi berjinjit. Nabi menjawab, “Aku tidak mampu berjalan seperti biasa supaya hormat pada Tsa’labah karena saking banyaknya Malaikat”.