Kitab : Tanbighul Ghofilin
Bab : Hikayah (Beberapa Cerita)
Hal : 228
Pembahasan :
Diceritakan dari Ali bin Abi Tholib. Ali berkata “Ketika Nabi Muhammad menyaudarakan orang-orang islam, Nabi pun menyaudarakan Said bin Abdi Rohman dengan Tsa’labah”. Saat Nabi Muhammad sedang berperang (Perang Tabuk) Said ikut berperang dan meninggalkan saudaranya (Tsa’labah) untuk menjaga keluarganya (istrinya). Tsa’labah pun merawat dan menjaga keluarga Said dengan niat agar mendapat pahala dari Allah. Suatu hari Tsa’labah datang ke rumah Said, saat itu juga iblis datang dan menggoda Tsa’labah. Iblis menyuruh Tsa’labah untuk melihat istri Said dari belakang satir. Maka Tsa’labah melihatnya dan berkata bahwa istri Said adalah perempuan yang cantik. Kemudian Tsa’labah merasa tidak sabar, serta merta ia masuk dan menyentuh istri Said. Istri Said pun bertanya mengapa Tsa’labah berbuat demikian. Tsa’labah tersadar dan berteriak dengan keras sembari berlari ke gunung. Tsa’labah berteriak memuji-muji Allah dan merendahkan dirinya sendiri, mengakui kesalahannya.
Saat Nabi Muhammad pulang dari perang bersama rombongan, Said disambut oleh beberapa saudaranya kecuali Tsa’labah. Said pun pulang ke rumah dan mencari Tsa’labah. Said bertanya pada istrinya, kemudian istrinya memberi tahu jika Tsa’labah masuk dalam lautan dosa (menyentuh istri Said) dan berlari ke gunung. Said keluar mencari Tsa’labah dan menemukannya di gunung dalam keadaan wajah tertelungkup sambil berteriak menyesali perbuatannya. Kemudian Said berkata, “Bangunlah saudaraku, apa yang kamu lakukan?”. Tsa’labah menjawab, “Aku tidak akan berdiri bersamamu sampai kamu mengikat tanganku sampai leher serta menuntunku layaknya tuan yang menuntun budaknya”. Said pun melakukannya.
Tsa’labah mempunyai seorang anak perempuan bernama Khimsonah. Khimsonah mengetahui perbuatan ayahnya, ia menuntun Tsa’labah sampai ke rumah Umar. Di rumah Umar, Tsa’labah mengakui perbuatannya dan menanyakan apakah ia masih bisa bertaubat. Umar pun mengusirnya dan berkata ingin menjambak rambutnya. Kemudian Tsa’labah keluar dari rumah Umar dan pergi ke rumah Abu Bakar untuk menanyakan hal yang sama. Perlakuan Abu Bakar pun sama halnya dengan Umar dan mengatakan bahwa tidak ada ampunan bagi Tsa’labah selamanya. Kemudian Tsa’labah keluar dari rumah Abu Bakar .