Kitab : Tanbighul Ghofilin
Bab : Hikayah (Beberapa Cerita)
Hal : 225 Bag.2
Pembahasan :
Doa orang ketiga yang ada di dalam gua :
Suatu ketika ada beberapa buruh dan mandornya. Ada salah satu buruh yang bekerja hanya setengah hari tetapi ia meminta upah layaknya bekerja sehari penuh yakni sebesar 2 mud (setara dengan 2 kg beras). Kemudian mandor tidak menyetujuinya, sehingga buruh tersebut marah dan tetap meminta upah seperti mereka yang bekerja sehari penuh. Akhirnya setelah buruh tersebut memaksa, mandor memberikan apa yang ia minta. Ternyata ada seorang buruh lain yang bekerja penuh mendengarnya dan menuntut ketidak-adilan tersebut. Kemudian mandor mengatakan bahwa haknyalah untuk memberi si buruh setengah hari itu berapapun, yang terpenting mereka yang bekerja penuh tidak berubah sepeserpun gajinya. Buruh yang menuntut tersebut tetap tidak terima dan marah, lalu meninggalkan si mandor dan jatah gajinya diambil lagi oleh mandor.
Mandor menggunakan gaji yang ditinggal tersebut untuk memanen sampai menjadi panen besar. Dari hasil panen tersebut mandor membeli sapi, kambing, unta, dan segala apapun (banyak). Kemudian buruh yang meninggalkan mandor tersebut kembali lagi dan meminta gajinya. Mandor pun berkata, “Lihatlah apa yang ada di hadapanku, ini adalah hasil gajimu yang aku tanamkan sesuatu sampai menjadi panen besar. Sekarang ambilah semua ini karena ini adalah hakmu dan milikmu, dan bukanlah hakku ini semua.
Diceritakan juga dari hadits Nu’man, sebuah hikayat yang bercerita tentang seorang ahli ibadah , sebut saja ‘Abid. Ia adalah seorang ahli ibadah yang rupawan dan bekerja sebagai tukang jahit yang menjajakan kain yang dijahitnya. Suatu ketika ia lewat di depan keraton, saat itu putri raja sedang membuka pintu dan terkesima dengan ketampanan ‘Abid. Putri pun berkata pada sang Ratu bahwa ia tidak pernah melihat lelaki yang tampan selain lelaki yang terus mondar-mandir membawa jahitannya itu (‘Abid). Kemudian Ratu memerintahkan putrinya untuk mengajak’Abid masuk karena Ratu ingin melihatnya. Kemudian masuklah ‘Abid. Ratu pun juga terkesima dengan ketampanannya.