Sebelum datangnya bulan suci ramadhan, tradisi di Pondok Pesantren Salafiyyah Al Muhsin yaitu mengadakan ziarah ke makam-makam para wali dan ulama. Untuk tahun 2015 ini, para santriwan dan santriwati beserta warga jama’ah Abah Kyai, mengunjungi Jawa bagian timur atau sering disebut jawa timur.

Ziarah Asyik adalah tema ziarah yang didengungkan oleh panitia ziarah Ponpes Al Muhsin pada tahun ini. Maksud dari Ziarah Asyik tak lain tak bukan ialah ya buat asyik asyik aje, karena loe asyik gue santai, loe usik gue bantai. Nah lohhh… kagak nyumbang kan, ehh.. nyambung kan. Santai yee, yang asyik-asyik aje.. Oke, langsung ke cerita keberangkatannya aje yee, bus yang sudah disewa oleh Panitia Ziarah Poppes Al Muhsin datang pada pukul 19.00, tenang itu busnya baru datang belum berangkat soalnya untuk persiapan juga membutuhkan waktu, seperti instruksi dari panitia, berdoa dan mengabsen para peziarah yang ikut. Jadi berangkatnya sekitar 21.00 wib dengan 2 bus.

Selama perjalanan, kita sangat menikmati perjalanan dengan melewati tiap-tiap kota yang mempunyai budaya dan sejarahnya masing-masing. Pada waktu subuh rombongan berhenti di pom bensin untuk sholat subuh dan istirahat sejenak, itupun masih didaerah Mojokerto. Semua rombongan masuk bus dan kita melanjutkan perjalanan lagi. Tempat pertama yang dikunjungi yaitu makam Sunan Ampel di Ampel Denta, Surabaya.

Sampai di lokasi tersebut kita turun dari bus, kemudian berjalan ke makam Sunan Ampel yang berjarak kurang lebih 500 m dari parkiran. Di makam penuh dengan peziarah lain, kita aja berdesak-desakan untuk tahlil di makam itu. Subhanallah, memang makam Wali dan Ulama tidak pernah sepi dari peziarah karena dengan adanya beliau, Islam di Nusantara dapat diterima dan menjadi agama terbesar di Indonesia.

Ekspedisi selanjutnya yaitu ke pulau Madura. Hemmm, ngomong-ngomong tentang Madura yang ada dipikiran kalian apa?(apakah terkenal dengan sate, senjata khas ”clurit”, atau baju loreng-loreng) kalau yang terbaru di pikiranku Jembatan Suramadu yaitu jembatan yang menghubungkan kota Surabaya dan Madura. Satu-satunya jembatan di Indonesia yang menyebrangi lautan.

Tiba di Bangkalan, Madura kita ke makam Mbah Cholil. Di area makam masjidnya itu keren, bentuk arsitekturnya indah dinding-dindingnya aja dari sejenis marmer. Kita disana berdoa, membaca bismillah sebanyak 786 kali dan dilanjutkan tahlil. Untuk menyegarkan badan dan bau keringat setelah semalaman duduk dan tidur di kursi bus diatasi dengan mandi di tempat pemandian. Di halaman masjid Mbah Cholil banyak sekali para penjual dari berbagai macam jenis dagangan mulai dari makanan, pakaian , souvenir, dari sekian itu yang menarik perhatian adalah jualan aneka clurit. Cluritnya itu berbagai bentuk dan jenis ada yang dibuat hiasan dan buat “ngarit”.

Lanjut lagi ke Batu Ampar, kalau perjalanan dari Bangkalan ke Batu Ampar memakan waktu sekitar 3 jam. Dari parkiran sampai ke makam pun harus jalan naik yang kira-kira capek bisa ngojek sampai ke makam. Untung nggak becek… Lha wong cuacanya super duper panas kayak ditindas.

Kata Abah Kyai jika sudah hafal Qur’an bisa mondok ke pesantren sekitar makam tersebut untuk meningkatkan kualiatasnya yang diberikan Allah kepada para penghafal dengan doa di makam dan jika ingin rezekinya lancar bisa berdoa di situ, eits… ini bukan meminta ke kuburan, nanti dibilang musyrik. Kita tetap berdoa kepada Allah hanya saja ulama tersebut sebagai mediator.

Sekarang ke tempat paling ujung timur dari pulau Madura, udah paling timur masih nyebrang pake perahu lagi, tapi itu asyik, naik perahu gaess. Ketika di makam kita berdoa paling lama di tempat itu dengan bacaan yang banyak. Oh iya tadi belum nyebutin tempatnya. Tempat itu berada di kabupaten Sumenep Madura.

Selesai sudah ziarah di Madura, langsung capcus perjalanan ke barat, bukan mengantar kitab suci lho ya.. Tahu kalau perjalanan dari sumenep ke Mojokerto membutuhkan waktu lama sampai badan pun terasa capek, sambil tidur dan traraaa…tepat waktu subuh sapai di tempat tujuan.

Tiba di Mojokerto kita jama’ah sholat subuh dan membersihkan keringat serta kotoran di badan. Setelah itu lanjut kita berziarah ke makam Mbah Sulaiman. Di situ kita berziarah 2 tempat namun jaraknya tidak jauh, jalan kaki hanya beberapa meter. Setelah selesai tahlil, itukan masih pagi waktunya istirahat bisa buat ngopi dan maem gorengan hangat.

Ziarah terakhir ke makam yang tidak asing lagi buat para peziarah yaitu makam Tebu Ireng, siapa sih yang gak tahu Tebu Ireng! Ane kasih tahu nih, Tebu Ireng terkenal NU yaitu Mbah KH. Hasyim Azhari dan generasi penerusnya sampai mantan presiden yang sering guyon dan mengucap”gitu aja kok repot” coba tebak siapa? Yap benaar, Gus Dur (Abdurrahman Wahid).

Alhamdulillah ziarah enam tempat enam kota sudah selesai dengan lancar tanpa kendala. Kitapun langsung pulang ke Pondok Pesantren Al Muhsin dengan harapan ketaqwaan kita terhadap Allah lebih baik. Mohon maaf jika ada kata-kata yang tidak berkenan di hati pembaca dan mohon maaf lagi jika tulisan ini kata-katanya tidak aturan.

27 Mei 2015

Penulis Muklas Azizi