Oleh : Arina Zulfa
Kala tetes air mata menderas
Menganak sungai di kedua pipiku
Napasku ikut tersengal
Aku duduk menyendiri di balkon
Seraya menggores pena dihempas angin
Hatiku mungkin terasa teriris
Seakan belati menyayat hatiku
Terasa udara berhenti di rongga hidungku
Kakiku tak sanggup bergeming
Tubuhku lemas, kaku, dan mematung
Berat diri ini, menyangga hidup
Tapi, bukan lantas aku mundur
Hidupku bukan tanam cabut
Tapi, tanam terus tumbuh
Kubiarkan Sang Ilahi menyuburkanku
Dalam gulir waktu
Detik merekam janjiku
Menit mencatat janjiku
Jam mendengar janjiku
Hari menjilid janjiku
Meski orang mengoceh seribu kata
Kan ku biarkan itu terhapus janjiku
Di sini aku bukan sekadar menumpang
Tapi, jalanku adalah setapak juang
Tangisku adalah bahan bakarnya
Masa terus meroda
Tak ku ketahui apa yang bakal terjadi
Yang kutahu adalah bertahan
Bertahan dari cercaan orang
Bertahan dari komentar orang
Sleman, Jumat, 20 September 2019